Senin, 05 April 2010

Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia Sebagai Makhluk Budaya
Perbedaan mendasar antara manusia dengan makhluk yang lain (hewan) ialah bahwa manusia adalah makhluk berbudaya, hal ini disebabkan karena manusia diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran.dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan. Oleh karena, itu manusia sering disebut makhluk sosialbudaya, artinya makhlukyang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat.disamping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dengan berbudaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya.
Manusia tidak dapat dilepas dari kebudayaan, dimana ada manusia disitu ada kebudayaan. Kapankah kebudayaan mulai ada dimuka bumi? Bersamaan dengan mulai adanya umat manusia dimuka bumi ini.Prof.Dr.Koentjaraningrat mencantumkan tujuh macam perbedaan antara manusia dengan hewan apabila ditinjau dari perilakunya, yaitu:
1) Sebagian besar dari perilaku manusia dikuasai oleh akal;
2) Kehidupan manusia dimuka bumi ini hanya dimungkinkan dengan suatu system peralatan luas yang merupakan hasil akalnya;
3) Sebagian besar perilaku manusia harus dibiasakan dengan belajar;
4) Manusia mempunyai bahasa yang menyimpan seluruh tata kelakuannya didalam lambang-lambang vokal maupun tertulis;
5) Pengetahuan manusia bersifat akumulatif;
6) Sistem pembagian karja didalam manusia jauh lebih kompleks daripada dengan kelompok kawanan binatang;
7) Masyarakat menunjukkan suatu aneka warna yang besar;
Pada hakikatnya sebagai makhluk berbudaya manusia juga berkemampuan menciptakan kebaikan, kebenaran, keadilan dan bertanggung jawab. Sebagai makhluk berbudaya, manusia mendayagunakan akal budinya untuk menciptakan kebahagiaan, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan hidupnya. Berikut konsep –konsep dasar manusia dalam hakikatnya sebagai manusia berbudaya :
1. Manusia dan Keadilan
Keadilan merupakan salah satu modal dasar bagi kehidupan terartur manusia. Keadilan mengacu suatu tindakan baik bagi kehidupan yang mesti dilakukan oleh setiap manusia.
2. Manusia dan Penderitaan
Penderitaan adalah rasa tidak menyenangkan yang setiap orang secara kemanusiaan ingin menghindarinya. Ini melengkapi ciri paradoksal yang menandai eksistensi manusia di dunia.
3. Manusia dan Cinta Kasih
Cinta kasih adalah perasaan suka kepada seseorang yang disertai dengan belas kasih dan kemesraan. Cinta merupakan sikap dasar ideal yang memungkinkan dimensi sosial manusia menemukan bentuknya yang khas manusiawi.
4. Manusia dan Tangung Jawab
Tanggung jawab adalah kewajiban melakukan keharusan tugas tertentu. Dasar tanggung jawab adalah hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk yang mau menjadi baik dan memeperoleh kebahagiaan.
5. Manusia dan Pengabdian
Pengabdian diartikan sebagai perihal perilaku berbakti atau meperhamba diri kepada tugas yang (dianggap) mulia.
6. Manusia dan Pandangan Hidup
Pandangan hidup berkenan dengan eksistensi manusia di dunia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama dan dengan alam tempat kita berdiam.
7. Manusia dan Keindahan
Eksistensi manusia di dunia diliputi oleh keindahan. Manusia tidak hanya penerima pasif tetapi juga pencipta keindahan bagi kehidupan.
8. Manusia dan Kegelisahan
Kegelisahan adalah merupakan gambaran keadaan seseorang yang tidak tentram (hati maupun perbuatannya), rasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah laku. Kegelisahan adalah salah satu ekspresi kecemasan.
Selanjutnya, himpunan manusia yang hidup bersama-sama dan memiliki aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap anggotanya disebut dengan masyarakat. Di dalam masyarakat, manusia saling berinteraksi dan membentuk nilai-nilai yang disepakati bersama. Nilai-nilai inilah yang kemudian pada tahap kristalisasinya akan membentuk sebuah kebudayaan.
Secara etimologis, kata ‘kebudayaan’ berasal dari Bahasa Sansakerta, ‘buddhayah’ yang merupakan jama dari kata ‘budhi’, yang artinya budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai keseluruhan system tata kelakuan, tindak, dan hasil kelakuan manusia yang dapat dimiliki oleh manusia dengan cara belajar.
Masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masyarakat hidup bersama membentuk kebudayaan, begitu pula sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada tanpa ada masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Disini jelas terlihat bahwa manusia sebagai makhluk budaya berperan penting dalam menentukan kebudayaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Secara ringkas dapat kita ambil kesimpulan bahwa masyarakat dan kebudayaan merupakan suatu kesatuan yang dwi-tunggal. Tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai kebudayaan, dan begitu pula sebaliknya kebudayaan tidak mungkin ada tanpa ada manusia yang menciptakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar